Kamis, 20 Desember 2012

Penyembuhan Pertama Dengan Diet


** Kajian Hidup Sehat & Cara Penyembuhan Kaum Sufi

Hai Manusia ! Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu. Dan penyembuhan bagi penyakit-penyakit dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qur’an Surat 10:57)

Pengamat sufi Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti menerangkan, pada hakekatnya kegiatan orang memasak makanan adalah rangkaian dari pengobatan. Dia menceritakan kisahnya, dia punya sepiring nasi basmiti dengan biji kenari yang dicacah, buah badam, kismis, dan wortel-wortel kecil yang diiris hingga berukuran dan membentuk tusuk gigi.
Dia butuh sekitar tiga lusin wortel besar untuk membuat sebuah hidangan untuk delapan atau 10 orang. Sambil duduk dia memegang sebilah pisau tajam dan menghabiskan waktu satu jam atau lebih untuk mengiris, sampai ada gundukan besar irisan wortel di hadapannya. Sampai kemudian datanglah seseorang yang bermaksud membantunya.
Tahu dia mengerjakan dengan cara itu, si orang tadi langsung menyarankan, “Saya punya ide bagus. Begini, letakan wortel-wortel itu dalam alat pengirisan makanan, dan pekerjaan ini akan selesai kurang dari semenit,”. Dijawab oleh syaikh Hakim, ”Terima kasih atas sarannya,”. Kemudian dia menjelaskan, alasan lebih suka mengerjakan tugas ini dengan tangan agar makanan tersebut mempunyai pengaruh pengobatan bagi orang yang makanannya.
Apa pasal ? Ternyata sepanjang dia mengiris wortel, mulutnya tidak berhenti komat-kamit melafatkan doa, sambil dalam hatinya memohon kebaikan bagi orang-orang yang akan memakan wortel irisannya. Sungguh sebuah kemuliaan yang mungkin sangat sulit kita ditemukan di jaman sekarang. Kok masih ada orang yang rela berpayah-payah hanya untuk kebaikan orang lain.
Doa yang panjatkan setiap berhubungan dengan makanan, orang sufi tidak pernah melupakan diri sendiri. Lebih diutamakan ketika menyantap makanan bersama-sama dengan teman-temannya, daripada makan sendirian yang tidak ubahnya ditemani setan. Bagi kaum sufi menyantap makanan merupakan saat yang penuh persahabatan dan kehidupan dengan tujuan tertinggi dalam eksistensi mereka sebagai manusia.
Kebiasaan sebelum makan dilakukan kaum sufi adalah mengucap doa dan pengharapan, “Bismillahirrahmanirrahim. Wahai Tuhanku ! Aku akan menyantap makanan ini hanya agar menjadi hamba-MU yang lebih baik. Jadikanlah ini makanan yang mengangkat derajat hamba dan semua manusia”.
Bagi mereka kegiatan makan bukan hanya untuk mendapatkan kesenangan dan kenikmatan. Paling utama yang tidak pernah mereka lupa, adalah, tujuan mempertahankan tubuh yang tidak lain merupakan kendaraan rohani. Juga alat untuk memperbaiki serta memberi kekuatan dan kelembutan pada rohani. Baru setelah berdoa seperti itu makanan disantap.
Sementara dalam ajaran kaum sufi menyebutkan penyerapan atau pencernaan makanan membutuhkan waktu 1 sampai 8 jam, tergantung jenis makanan yang ditelan. Konsep yang paling penting sekaitan dengan kesehatan jasmani manusia terpusat pada maksud dari dua kata yang berasal dari Persia, sardi dan garmi, artinya panas dan dingin.
Lebih jauh bicara soal proses pencernaan, ilmu kedokteran Timur berpandangan dengan bahasa yang mudah dimengerti siapa saja, yakni, jika ingin mempertahankan atau memulihkan kesehatan dengan cepat maka harus menjalani pedoman pemilihan makanan yang ideal. Konsep-konsep ini sesuai dengan semua sistem pengobatan di dunia –sistem Cina, Ayurvedik, hippokratik, gelenik, Arab selama ribuan tahun— kecuali sistem pengobatan biokimia ala Barat.
Diantara pola penyembuhan yang diajarkan kaum sufi, pertama-tama dianjurkan melakukan diet (berpantangan) untuk mengobati ketidakseimbangan yang terjadi pada tubuh. Pelaksanaan diet ini termasuk mengatur penggunaan berbagai herba (tanaman obat) dan rempah-rempah dalam masakan.
Semua bahan tersebut biasanya gampang diperoleh dan tidak begitu sulit untuk menyiapkannya. Obat-obat ini diformulasikan sesuai dengan sifat panas dan dingin dari masing-masing bahan dan bekerja menyeimbangkan kembali temperamen dari satu atau beberapa esensi tubuh yang mulai melemah. (mis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar